![]() |
Dunia |
“Dunia dan akhirat itu bertolak
belakang, sangat berbeda..
Dari sifatnya saja sudah berbeda.
Dunia itu adalah materi dan akhirat adalah dunia non materi. Tidak bisa
disatukan keduanya, seperti air dan minyak yang selalu berpisah..
Jadi untuk mengenal mana ulama
dunia dan mana ulama akhirat, lihatlah kepribadian ulama itu.
Jika ia masih duniawi, sedikitpun
ia tidak mengenal akhirat. Jika ia mengenal akhirat, sedikitpun tidak tampak
sifat keduniawian dalam dirinya..
Orang-orang yang terikat kuat
pada akhirat, akan tampak dalam kesederhanaan dirinya dalam pakaian dunia.
Logika sederhana dalam akal
seharusnya bekerja, bagaimana bisa seseorang yang dalam hidup kesehariannya
menampilkan keterikatan kuat pada dunia, bisa berbicara akhirat sedangkan ia
sendiri tidak mengenalnya?
Nah, carilah ulama akhirat karena
nasihatnya akan membimbing kita menujunya.
Sayangnya, ulama akhirat itu
sangat sedikit dan tersembunyi, karena dunia tidak menarik baginya. Yang banyak
ulama dunia, karena ia membutuhkan popularitas demi isi perutnya.. “
Temanku termenung...
Ia selama ini menggeneralisasi
konsep ulama dari kefasihan berbicara, pengetahuan ayat dan popularitasnya.
Ia baru paham bahwa kebenaran
tidak bisa dilihat secara materi, tetapi dari NILAI-NILAI yang berwujud dalam
bentuk tindakan dan bukan hanya teori..
Pencarian yang dikiranya sudah
selesai, harus mulai dari awal lagi. Kuperhatikan ia sambil menyeruput
secangkir kopi.
“Carilah teman, ilmu itu tidak
sedangkal genangan air di halaman. Yang harus kau lakukan sekarang, jadilah
rendah hati. Karena ilmu itu seperti air, ia tidak akan mengalir ke tempat yang
lebih tinggi..”
“Zuhud itu bukan kamu tidak boleh
memiliki sesuatu, tetapi sesuatu itu tidak boleh memiliki kamu..” Imam Ali as.
Zuhud adalah melepaskan
keterikatan diri dari kepemilikan duniawi. Secangkir kopi sore ini nikmat
sekali..