![]() |
PDIP VS Gerindra |
Politik memang tidak bisa 1 + 1 =
2.
Banyak jalan menuju angka 2.
Bahkan 10 dikurangi 8 pun hasilnya dua. Semua tergantung situasi dan kondisi
lapangan.
Politik dalam pemilihan adalah
seni bagaimana cara memenangkan pertarungan.
Pemegang juara hasil survey, bisa
keok ditangan mereka yang sedari awal hasil surveynya tidak tampak. Mereka yang
dulu bermusuhan, bisa tiba-tiba bergandengan tangan untuk satu kepentingan..
Ridwan Kamil sejak awal dimusuhi
PDIP.
Dikabarkan PDIP sempat
tersinggung ketika RK datang ke markasnya dan langsung mengangkat dirinya
sebagai Gubernur. Hari ini dikabarkan RK akan dicalonkan sebagai Cagub dari
PDIP.
Dan ketika PDIP masuk, maka
kemungkinan besar posisi wakil yang kemaren diperebutkan PPP dan PKB, gugur
semua. PDIP punya wakil sendiri, mantan Kapolda Jabar Anton Charliyan. PPP dan
PKB gigit jari, bisa jadi mereka beringsut-ingsut pergi karena sakit hati..
Itupun bukan keuntungan besar
bagi RK sebenarnya. Citra dirinya yang sudah dibangun dengan konsep relijius,
agamis dengan program shalat subuh berjamaah dan “mayoritas di fasilitasi
minoritas dilindungi”, akan turun ketika ia berpasangan dengan Anton Charliyan.
AC pernah bermasalah ketika ia
digaungkan membina ormas Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia atau GMBI. GMBI
dikabarkan sebagai ormas preman dan pernah beberapa kali bentrok dengan ormas2
termasuk FPI dan Pemuda Pancasila.
Sedangkan di sisi Dedi Mulyadi
banyak kekecewaan ketika Golkar sudah memutuskan bahwa ia hanya menjadi Cawagub
Deddy Mizwar.
Meskipun begitu, banyak pengamat
yang menilai bahwa ini sebenarnya keputusan cerdas Golkar untuk menangkal isu
SARA yang akan dihantamkan ke Dedi Mulyadi.
Di Jawa Timur pun demikian.
Bupati Banyuwangi Azwar Anas yang
digadang-gadang sebagai calon pemimpin masa depan, akhirnya menyerah dan mundur
perlahan. Foto dirinya dengan seorang wanita “berpaha putih” yang entah punya
siapa dengan botol minuman, tersebar dimana-mana.
Dan ia tidak bisa menjawab, siapa
itu. Daripada berpolemik, ia mengundurkan diri saja dan mengembalikan mandat ke
PDIP yang kabarnya akan mengangkat bu Risma Walikota Surabaya sebagai calon Gus
Ipul.
Di Sumatera Utara, calon Gubernur
dari PKS, mantan Pangkostrad Edy Rahmayadi tertangkap kamera sedang bagi-bagi
uang pecahan 50 ribu rupiah kepada jemaat Gereja. Edy sendiri mengklarifikasi
bahwa begitulah adat dan budaya masyarakat disana.
Panasnya “api” politik 2018 ini
adalah bagian dari pemenangan pertarungan wilayah antara koalisi Gerindra-PKS
dan PAN, melawan koalisi PDIP dan beberapa partai untuk menuju 2019.
Koalisi PDIP dan beberapa partai
menerapkan strategi “pecah suara” dengan membuat calon lebih dari satu untuk
memenangkan pertarungan di beberapa daerah.
Selamat datang keriuhan yang
dikenal sebagainpesta demokrasi ini. Tidak akan habis berita ke depan karena pasti
penuh intrik dan strategi. Seruput dulu ah..