![]() |
Jokowi bertemu dengan Alumni 212 |
Saya dapat inbox bernada
gembira., "Woi cebong! Tuh lihat Jokowi merapat ke 212. Sebentar lagi
Imam Besar bisa pulang dan merdeka !"
Saya ketawa bacanya...
Pertama, senang karena Imam Besar
bisa pulang. Kasian juga sudah tua kelamaan diperantauan. Pasti kangen kampung
halaman. Biar kita bisa dengar lagi ceramahnya dengan suara keras serak2
kebanjiran. Dan akhirnya meme-meme keren kembali bertebaran..
Saya juga ketawa karena yang
inbox tidak paham bagaimana Jokowi. Seharusnya dia membaca rekam jejaknya biar
mengerti..
Jokowi jauh lebih berbahaya
ketika mendekat daripada ketika tidak merapat. Sejak lama ia memegang prinsip
"Dekatlah pada kawanmu, tapi lebih dekatlah pada musuhmu.." Banyak
peristiwa dimana Jokowi bisa menepuk bahu seseorang dengan hangat, besoknya dia
ditendang dari jabatan.. Ah, gak enaklah kalau diceritakan..
Senyum Jokowi bisa banyak arti,
yang membuat lawannya semakin tidak mengerti. Jokowi bukan Ahok yang spontan.
Ia bisa menyimpan begitu banyak strategi dibalik lebarnya senyuman..
Ibarat bidak catur, Jokowi bukan
raja, yang bisa melangkah kemana saja tapi hanya bisa satu langkah. Ia juga
bukan benteng gagah perkasa tapi jalannya hanya bisa lurus saja. Bukan juga
menteri yang wilayah serangannya luas, tapi terhalang pagar pion yang berdiri
membatas.
Jokowi itu kuda, yang langkahnya
bisa kemana saja tanpa ada bidak yang bisa mencegah. Langkahnya bisa ribuan
kemungkinan, tapi yang pasti ia setahap demi setahap memojokkan. Dan tanpa
disadari, raja lawan terkapar pelan2 tanpa sadar bahwa ia terancam..
Ketika Jokowi merapat, berarti
ada yang mau disikat. Dia bisa pakai tangan siapa saja tanpa ada yang sadar
bahwa ia terlibat. Jokowi orang yang paham bagaimana mengatur bidak, membangun
serangan tanpa lawan curiga bahwa ia sedang ditembak.
Bahkan Jokowi sangat mampu
bersikap seperti orang yang mengorbankan diri. Pada akhirnya kemenangan
ditentukan oleh siapa yang terakhir berdiri. Dan itu ciri khas Jokowi, gaya
orang Solo yang mandiri..
Saran saya, jangan lengah.
Curigalah ketika Jokowi senyum ceria, menjabat lengan bahkan tertawa renyah. Ia
sedang mengukur seberapa kuat barisan kalian berada..
Ini nasihat supaya kalian jangan
panik. Karena panik akan membuat otak tidak rasional, keringat dingin membuncah
keluar dan tangan gemetar. Terima saja kekalahan kalian nanti dengan nikmat dan
tanpa sadar..
Sudah ya, saya minum.kopi dulu.
Menikmati catur Jokowi yang saya nikmati sejak lalu. Mengamati
langkah-langkahnya yang seperti belati, menikam tanpa rasa sakit tapi merusak
organ sampai mati..
Seruput dulu, ya akhi...