![]() |
Moeldoko |
Saya sekali ketemu pak Moeldoko..
Waktu itu dalam sebuah acara yang
dihadiri beliau, tiba-tiba seorang teman berteriak, "Pak, ini lho Denny
yang kemarin katanya mau mundur kalau HRS dapat SP3.."
Kaget juga saya. Waduh, ada yang
buka kartu. Padahal dari tadi saya sudah ngumpet di bangku belakang. Tidak
ingin menonjol dan kelihatan. Bukannya apa-apa, takut beliau salah sangka
dikira saya mau mundur beneran.
Dan sontak seluruh hadirin ketawa
terbahak-bahak. Pak Moeldoko juga. Ia langsung bicara, "Mana yang katanya
kemarin mau ngebully saya ?"
Saya pun maju ke depan. Tangan
pak Moeldoko yang kuat menjabat tangan saya. Wajahnya dari dekat ternyata
ramah. Dan ia begitu santai dan penuh canda. Jauh berbeda dari struktur
wajahnya yang menampakkan ketegasan dan kerasnya kehidupan. Ia seorang Jenderal
dan mantan Panglima TNI. Tentu sudah banyak makan asam garam hidup ini.
Isu yang beredar, beliau calon
kuat wakil Presiden Jokowi. Saya rasa pantas memang, meski tetap saja pilihan
terakhir ada di Jokowi. Kita tahulah, Jokowi susah ditebak langkahnya. Dekat
belum tentu ia memilihnya.
Seperti Cak Imin yang sempat GR
ketika Jokowi menepuk2 pundaknya. Toh seperti saya bilang, Jokowi tidak suka
orang yang menonjolkan diri. Ia penguasa panggung dan tidak suka orang lain
memanfaatkannya..
Dengan pak Moeldoko, berarti ada
3 orang Jenderal yang saya sudah berkomunikasi dengannya dan ternyata jauh
berbeda antara pikiran saya sebelum dengan waktu bertemu mereka.
Yang pertama Hendropriyono dan
kedua Luhut Binsar Panjaitan, meski yang terakhir ini hanya lewat telepon saja.
Mereka bertiga punya kesamaan, santai, spontan dan tidak memandang diri lebih
tinggi dengan orang dihadapannya.
Inilah Jenderal-Jenderal yang
mendampingi Jokowi. Mereka pintar dan teruji. Strategi-strategi mereka jualah
yang mewarnai situasi di Indonesia ini.
Berhadapan dengan pak Moeldoko,
saya hanya bisa menyampaikan satu pesan. "Titip Pakde, pak. Beliau harapan
kita supaya negeri ini bisa sejahtera. Musuh beliau banyak, tapi saya yakin
beliau ada ditangan yang tepat.."
Pak Moeldoko tersenyum hangat.
Wajahnya seperti memancarkan semangat. "Tenang, nak. Percayakan pada saya
dan orang2 baik disekitar. Kami juga punya mimpi yang sama denganmu. Biarkan kami
mengawal Indonesia supaya maju.."
Pertemuan singkat ini sangat
berkesan. Dan seperti biasa, lautan manusia yang ingin bersalaman dengan beliau
memisahkan.
Saya kembali ke sudut ruangan,
mengambil secangkir kopi dan mulai membuat tulisan. Judulnya, "Moeldoko,
benarkah ia calon wakil yang tepat ?"
Seruput dulu, ah..