![]() |
NU |
Sejak lama kita memantau
gerakan-gerakan intoleransi dan radikalis yang berujung pada terorisme di
negara ini.
Gerakan ini sejak awal ingin
merubah konstitusi dan menjadikan Indonesia sebagai negara Islam dengan
berbagai macam cara. Salah satunya mengendarai momen politik seperti Pemilihan
Presiden tahun depan nanti.
Mudah melihat gerakan ini ada
dimana sebenarnya. Karena gerakan mengatas-namakan Islam itu memiliki ciri khas
yang sulit mereka sembunyikan, yaitu ciri Timur Tengah. Ciri ini akan selalu mereka
pakai karena buat mereka itulah identifikasi agama mereka.
Dan identifikasi yang benar -menurut mereka- adalah Islam dengan budaya Timur Tengah, persis seperti yang
dilakukan kelompok Alqaeda, Taliban, ISIS dan banyak lagi kelompok sejenis.
Gerakan seperti ini akan tumbuh
berkembang karena masih banyak politisi yang menunggangi mereka. Para politisi
ini juga naif, seolah-olah mereka berkuasa atas gerakan ini padahal mereka juga
sedang ditunggangi.
Jika politisi yang kelompok ini
dukung menang, maka gerakan menjadikan Indonesia sebagai negara Islam, akan
semakin menemukan jalan dengan kembali menguasai pemerintahan, universitas,
aparat dan aset-aset penting Indonesia lainnya.
Baca MAJU TERUS, NU !
Dan siapa yang akan mereka kebiri
pertama kali? Jelas NU, sebagai ancaman nyata mereka sekarang..
Sejak awal saya sudah memetakan,
bahwa ada tiga elemen utama Islam di Indonesia yang akan mereka kuasai untuk
bercokol di negeri ini. Yang pertama MUI, kedua Muhammadiyah dan terakhir NU.
Mereka butuh menguasai 3 elemen ini, supaya brand "Islam" dan
"Ulama" bisa mereka kontrol dan mereka pergunakan untuk kepentingan
besar mereka.
Dan sementara ini mereka mendapat
perlawanan keras dari NU. Apalagi ketika NU meluncurkan model "IslamNusantara" yang memisahkan Islam versi Timur Tengah dan Islamnya orang
Indonesia.
Tapi perlawanan NU seharusnya
tidak sampai disitu saja...
NU selama ini dikenal sebagai
organisasi non politik. Politik bagi warga NU adalah kebebasan dalam memilih
partai yang disukai. PKB sendiri bukan representasi dari NU, karena dia berdiri
sendiri. Jadi kalau kita lihat, warga NU sebenarnya ada dimana-mana, di hampir
semua partai politik sebagai kendaraan mereka.
Tetapi pemilihan Presiden
kedepan, seharusnya bukan diasosiasikan sebagai kegiatan politik praktis.
Pemilihan Presiden seharusnya ditempatkan sebagai bagian dari perjuangan NU
supaya kelompok agamis itu tidak menguasai negeri ini dengan memanfaatkan momen
politik. Karena jika mereka berkuasa, NU pasti akan berada pada sisi yang lebih
menderita.
NU adalah organisasi massa muslim
terbesar di Indonesia. NU adalah benteng NKRI memerangi kelompok pendukung
Khilafah yang ingin menjadikan negeri ini dengan kehancuran seperti Suriah.
Inilah momen penting bagi NU
untuk berjuang supaya negeri ini bisa tenang, aman dan damai. NU harus bisa
merapatkan barisan, karena wajah lawan sudah terwujud di depan mata. Bergabung
satu barisan dengan mereka, sama saja dengan membiarkan kelompok garis keras
yang mengatasnamakan agama itu, berkembang biak menjadi raksasa, monster yang
satu waktu akan memakan kita..
NU harus bisa memetakan untuk
berada disisi mana. Disisi dimana HTI berada, atau berada disisi dimana orang
yang berani membubarkan HTI ada?
Karena itu serukanlah dimana-mana, di
pesantren-pesantren, di majelis-majelis, di masjid-masjid, bahwa memilih orang yang benar adalah
bagian dari perlawanan. Karena diam sekarang ini bukanlah pilihan.
Jadikan politik sekarang ini
sebagai senjata perlawanan. Karena seperti kata Frans Magnis Suseno,
"Pemilu itu Bukan Untuk Memilih yang Terbaik, Tetapi Untuk Mencegah yang
Terburuk Berkuasa.."
Bagaimana NU, minum kopi kita?
Demi negeri yang indah ini, angkat cangkirnya..
Seruput.