![]() |
Rocky Gerung |
Gegara banyak yang membicarakan
acara ILC tadi malam, saya pun membuka youtubenya.
Temanya keren tentang divestasi
Freeport. "Ini pasti penjelasan teknis dengan bahasa-bahasa perjanjian yang
bikin mumet kepala.." begitu pikir saya. Menarik, saya ingin
mempelajarinya..
Tapi, wait, ngapain ada Rocky
Gerung sebagai pembicara? Tahu apa dia tentang perjanjian divestasi? Apakah
dia seorang ekonom atau praktisi? Atau paham tentang skema finance dan
akuisisi?
Ternyata dia masih orang yang
sama. Yang dulu pernah jadi pembicara di acara yang sama, sebagai narasumber
dengan tema kriminal, politik, bahkan -mungkin- hubungan pasutri.
Saya dulu pernah bertanya pada
seorang teman, "bisnis apa sekarang?" Dia menjawab dengan sungkan,
"Palugada. Apa lu mau gua ada.." Yang berarti, teman saya siap
mengerjakan apapun permintaan asal ada kerjaan baginya.
Rocky Gerung jadi mirip dengan
teman saya itu, dalam model sebagai pembicara. Apapun temanya, dia bisa. Mau
bicara tentang rumitnya pembelahan atom, dia paham. Atau tentang kompleksnya
alam semesta, dia siap sedia.
Bahkan mungkin jika Dr Boyke
mengundangnya untuk bicara tentang, "Bagaimana membuat wanita klimaks
dengan hebat.." dia jagonya.
Semua dia bisa. Dia pintar segala
hal. Bahasanya bahasa langit, yang mungkin hanya penduduk Wakanda yang paham.
Dan untuk yang tidak mengerti, dia kasih stigma "Dungu". Makanya
pengikutnya mengangguk-angguk saja, supaya tidak dicela, tapi sesungguhnya mereka
tidak paham setititpun apa maksudnya..
Gelarnya dia Profesor, meski
datangnya entah darimana. Dan ia menikmati gelar itu sebagai pengakuan terhadap
kepintarannya yang membuat kagum dewa-dewa, dan dibawanya kemana-mana.
Ketika UI membantah bahwa
lembaganya mengeluarkan gelar itu untuknya, UI pun dikecilkannya. Ia jauh lebih
besar dari lembaga yang sudah menelurkan banyak orang pintar.
Tapi itulah Rocky Gerung. Ia
menerima apa saja tema yang ditawarkan bang Karni Ilyas padanya. Karena ILC
baginya adalah panggung dirinya. Sumber penghidupannya. Dari sanalah ia
dikenal. Dan dari sanalah ia dapat panggilan di banyak tempat sebagai
pembicara.
Ia harus tetap eksis di acara
yang membesarkannya, supaya orang tetap mengingatnya dan jika bisa
mengundangnya untuk sepatah dua patah kata, dimana para penonton akan terus
mengangguk-angguk meski gak tahu kemana arah maksud dan tujuannya.
Dan benar saja, di acara itu
"sang Profesor" bicara ngalor ngidul dengan bahasa asing yang hanya
dia dan Tuhan yang tahu maksudnya. Bahkan ia merendahkan pembicara dari Inalum
yang diutus perusahaannya untuk berbicara.
"Saya mau bertanya, tapi
saya tidak mau dijawab.." begitu tegasnya. Apa maksudnya coba? Saya tanya
pada semut merah yang berbaris di dinding dan menatapku curiga, mereka juga
geleng-geleng kepala.
Dan pada akhir acara, entah
kenapa saya ketawa. Keras dan lepas.
Seorang Profesor beneran muncul,
Rhenald Kasali namanya. Ia tanpa tedeng aling-aling bicara tentang
"kompetensi". Suatu teguran sekaligus tamparan, supaya orang bicara
sesuai kapasitas ilmunya.
Rocky Gerung terhenyak, mencibir,
sambil merasakan tonjokan di hatinya. Ia sudah terlalu jauh mengambil peran,
hanya karena kebutuhan, ia bersedia berbicara diluar kemampuan.
Dan ILC pun senang. Mereka tidak
perduli jika Rocky Gerung gamang dan canggung sekalian. Kamera menyorot wajah
kaku mendadak dengan posisi closeup. Buat ILC, "Wah ini pasti jadi
pembicaraan. Rating naik lagi dan iklan pasti datang berebutan.."
Rocky Gerung adalah korban dari
ganasnya panggung drama. Ia merasa menunggangi, tapi ternyata ia termanfaatkan.
ILC panggung yang membesarkannya, dan juga menghancurkannya dalam semalam..
Seharusnya Rocky Gerung menganut
filosofi kopi. Biarkan orang berbicara tentang dirinya, tentang kenikmatannya,
tentang sensasinya, dimana saja.
Kopi tidak pernah merendahkan
secangkir teh, hanya karena ia merasa paling diterima. Ia ada karena ia
dibutuhkan, bukan karena ia memaksakan.
Coba seruput kopinya dulu, bang
Rocky.. sekedar untuk menyadarkan. Dari si Dungu yang tidak merasa
kepinteran..