![]() |
Sri Mulyani |
Seorang teman bertanya,
"Untuk apa Jokowi mengadakan pertemuan tahunan IMF dan World Bank di Bali?
Kan biayanya mahal, kalau gak salah 1 triliun rupiah harus keluar. Apa gak
lebih bagus untuk korban gempa Palu?"
Saya senyum saja mendengar
pertanyaan seorang teman ini. Mirip dengan yang dikumandangkan Fadli Zon dan
Dahnil Simanjuntak yang mempertanyakan manfaat pertemuan tahunan itu dengan
gaya nyinyir.
Bahkan Rizal Ramli dari tim
ekonomi Prabowo berkata bahwa mereka tidak akan datang pada pertemuan itu,
meski juga gak jelas mereka diundang apa tidak. Kalau masalah pede, mereka
emang jagoannya. Isinya, jangan tanya.
Dalam memandang event
internasional, sebenarnya tidak sulit. Lihat saja event olahraga seperti World
Cup misalnya. Penyelenggaraan World Cup tentu biayanya tidak sedikit. Tapi
kenapa negara-negara berebut untuk menjadi penyelenggaranya bahkan rela antre
bertahun-tahun?
Dampak ekonomi, jawabannya....
Dalam setiap event internasional
di sebuah negara, pasti akan menimbulkan dampak ekonomi yang langsung dirasakan
masyarakat. Sebagai contoh pariwisata.
Event tahunan IMF dan World Bank
di Bali merupakan pertemuan terbesar, berlangsung 8-14 Oktober 2018, dihadiri
23 kepala negara dan pesertanya sudah tembus 34 ribu orang dari 189 negara. Itu
berarti setidaknya ada 34 ribu pengunjung wisata di Bali yang akan menghabiskan
duitnya. Belum lagi belasan ribu wartawan dan staf lainnya yang ikut
meramaikan.
Nah, ini keuntungan langsung
untuk masyarakat Bali, kan? Dollar berputar di sana dan dengan nilai yang
tinggi dari rupiah warga Bali akan bersuka cita.
Selain itu, event ini akan
menyerap tenaga kerja puluhan ribu orang di Bali, mulai pedagang asongan sampai
pekerja hotel yang membutuhkan shift tambahan.
Dampak tidak langsungnya lebih
dahsyat lagi.
Karena yang datang ke Bali
orang-orang terkenal di negaranya, maka event ini pasti akan diliput media
Internasional. Dengan begitu Bali akan dipromosikan ke seluruh dunia sebagai
daerah wisata yang cantik. Bisa dibayangkan berapa ratus juta orang yang
menonton promosi itu?
Dari sisi pemerintah sendiri,
mereka ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia tidak terpengaruh krisis
global karena perang dagang.
Diharapkan investor asing masuk
jika melihat bahwa Indonesia tempat aman untuk berusaha dan masuknya mereka
juga akan mengundang dollar. Dollar yang masuk tentu akan menambah kekuatan
keuangan negara untuk menguatkan rupiah.
Berapa jumlah investasi yang diharapkan
masuk Indonesia? 43 triliun rupiah. Nah, baru terlihat betapa layaknya modal 1
triliun rupiah itu kan? Namanya usaha ya harus butuh modal dong, masak cuman
ngorek upil doang, trus investor datang tiba-tiba.
Jokowi memang bercita-cita bahwa
Bali bukan hanya sebagai destinasi wisata saja, tetapi yang lebih penting
adalah agenda MICE (Meeting, Incentive, Convention & Exhibition )
Internasional. Agenda MICE ini biasanya membawa kelompok besar dan tentu
pariwisata adalah bagian dari tujuan mereka sesudah bekerja.
Jadi sudah paham kan, kenapa
event Internasional seperti Asian Games dan pertemuan tahunan IMF dan World
Bank ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan?
"Kalau gitu, kenapa Fadli
kok nyinyir?"
"Ah, itu kan memang
kerjaannya. Misalnya dia ketemu kecoak di istana aja, pasti dia akan teriak
sekuat-kuatnya seakan ada pasukan alien menyerbu Indonesia. Kalau gak gitu
siapa yang perhatiin dia? Wong prestasi aja gak punya."
Temanku ketawa sengakak-ngakaknya
sampe kopinya tumpah di celana..
Tagar.id