Untuk bapak Calon Presiden yang
terhormat
Prabowo Subianto
Di istananya..
Ijinkanlah saya membuat surat
terbuka, sebagai bagian dari pembelaan kepada saudaraku orang Boyolali yang
merasa terhina..
Saya memang bukan orang Boyolali,
saya besar di Surabaya. Tetapi bagi saya besar dimanapun, kami tetap satu
Indonesia. Baik yang dikota maupun yang di desa. Baik itu yang miskin atau
kaya..
Mendengar pidato bapak,
"Tampang kalian bukan tampang orang kaya.." kepada warga Boyolali,
saya jadi heran, "Seperti apakah tampang orang kaya ? Apakah berbeda
dengan tampang orang yang susah ? Ataukah ada tanda di jidat yang menunjukkan
banyaknya harta ?".
Saya pernah berkunjung ke
keluarga terkaya di negeri ini, pemilik merk rokok terkenal di Indonesia, tidak
ada sama sekali perbedaan tampang saya dengan mereka. Bahkan dari segi
berpakaian, saya malah tampak lebih sukses dari mereka. Mereka begitu sangat
sederhana. Lalu manakah yang bertampang lebih kaya diantara kami semua ??
Pak Prabowo mengukur kekayaan
dari segi harta. Tidakkah bapak tahu, bahwa banyak orang yang mengukur kekayaan
dari segi ketenangan jiwa ?
Pernahkah bapak makan dengan nasi
putih panas, ikan teri sambal goreng pedas dan sayur lodeh di tengah hamparan
sawah yang hening dan suara riuh burung mencari mangsa ? Lebih kaya mana
situasi itu dari sekedar keluar masuk hotel mewah yang berdinding tebal, angkuh
dengan satu harga secangkir kopinya bikin hati menjerit karena masuk akal pun
tidak ?
Bapak memang sering keluar masuk
hotel bintang lima dan disambut bak raja-raja..
Tapi lebih mewah mana ketika
pulang dari kerja dengan badan penat sehabis nggojek di aspal panas, di rumah
disambut istri yang tersenyum senang karena suami membawa rejeki untuk belanja
dengan anak-anak yang bermain riang dan suara mereka yang membuat selalu rindu
pulang ?
Lebih kaya mana mereka dengan
bapak yang bergelimang uang ?
Kalau nilai kekayaan adalah dari
seringnya masuk hotel berbintang lima, sungguh betapa miskinnya bapak. Betapa
pandangan bapak tidak luas dan melihat kekayaan dari perspektif berbeda, hanya
dari satu sisi harta saja.
Banyak orang yang membeli
kemewahan supaya menjadi seperti yang bapak sebutkan, tetapi dengan hutang.
Apakah itu yang bapak inginkan ? Supaya warga Boyolali, warga Surabaya dan
warga daerah lainnya harus berhutang besar hanya untuk merasakan kemewahan
versi bapak Prabowo ?
Ataukah kekayaan itu sejatinya
ketika kita tidak mempunyai hutang kepada siapapun dan hidup cukup tanpa rasa
ketakutan ditagih setiap bulan ?
Sejujurnya, bapaklah yang lebih
miskin dari banyak warga yang bapak sebut tak ada tampang kaya. Bapak
terpenjara angan-angan untuk berkuasa, sedangkan mereka yang kaya adalah mereka
yang berjiwa merdeka, sedikit keinginan dan menikmati hidup lebih bersahaja.
Jadi bijaksanalah, bapak calon
Presiden yang terhormat. Hidup ini urusannya bukan hanya masalah harta, banyak
hal lain yang menjadi kenikmatan di desa dan tidak bisa didapatkan mereka yang
tinggal di kota besar.
Karena itu jangan bicara kekayaan
hanya dari kacamata bapak, pakailah kacamata orang lain juga, sehingga tidak
mudah men "Tampang-tampang" kan orang lain ketika ukurannya tidak
sama.
Saya rasa cukup segitu saja surat
saya. Kebetulan saya sedang membaca berita sekian bulan lalu dimana ada demo karyawan
di perusahaan besar karena tidak membayar gaji dan THR perusahaannya selama 4
tahun.
Semoga pemiliknya tidak sibuk
keluar masuk hotel mewah sedangkan karyawannya harus bertahan hidup dengan rasa
lapar dan janji-janji surga..
Salam dari saya,
Warga Surabaya yang kaya dan
bahagia..
dan suka seruput kopi